MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM
“KURIKULUM
BERBASIS KOMPETENSI”
KELOMPOK
1
1.
ANDI
A. SEKO (1401040037)
2.
ANDRE
R. KOROHAMA (1401040013)
3.
INGRID
FITRIA POLIN (1401040033)
4.
JENNETY
TAMEON (1401040011)
5.
SRIARMILA
HIUL (1401040015)
6.
SHERLY
YACOBA SINLAE (1401040036)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul KURIKULUM
BERBASIS KOMPETENSI .Ucapan terima kasih sedalam-dalamya kepada dosen mata
kuliah dan teman-teman yang telah membimbing dan membantu dalam penulisan
makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada orang tua yang telah
memberikan dukungan serta do’a dan perhatian yang luar biasa sehingga tugas ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk lebih mengerti dan memahami mengenai Kurikulum
Berbasis Kompetensi, dan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata
kuliah Pengembangan Kurikulum.
Menyadari
bahwa makalah yang telah disusun ini masih banyak kekurangan dan kesalahan,
maka hal itu semua tidak lepas dari ketidak sempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangatlah diharapkan untuk membangun dalam penulisan
makalah selanjutnya.
Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi acuan serta koreksi untuk
lebih baik lagi.
Kupang, Maret 2016
Tim
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI................................................................................................................... iii
BAB
I
PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG......................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................... 2
C.TUJUAN PENULISAN........................................................................................ 2
BAB
II
PEMBAHASAN............................................................................................................. 3
A.PENGERTIAN KURIKULUM............................................................................ 2
B. PENGERTIAN KOMPETENSI.......................................................................... 5
C.LATAR BELAKANG KBK................................................................................. 7
D. PENGERTIAN KBK........................................................................................... 8
E. KARAKTERISTIK KBK..................................................................................... 10
F. PRINSIP KBK...................................................................................................... 12
G. KOMPONEN UTAMA KBK.............................................................................. 14
H.
PELAKSANAAN KBK..................................................................................... 15
I.
EVALUASI KBK................................................................................................. 17
J. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN KBK.................................................... 18
BAB
III
PENUTUP....................................................................................................................... 21
A. KESIMPULAN.................................................................................................... 21
B. SARAN................................................................................................................. 23
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Akibat
adanya perkembangan dan perubahan global dalam berbagai aspek kehidupan yang
datang begitu cepat, telah menjadi tantangan nasional dan menuntut perhatian segera dan serius. Hal ini sangat beralasan karena
fenomena dalam era global khususnya
yang berkaitan dengan dunia kerja selalu
ditandai oleh ketidakpastian, semakin
cepat dan sering berubah, dan menuntut fleksibilitas yang lebih besar. Perubahan ini secara mendasar tidak saja menuntut angkatan kerja
yang mempunyai kemampuan
bekerja dalam bidangnya (hard competencies) namun juga sangat penting untuk menguasai kemampuan menghadapi perubahan serta memanfaatkan
perubahan
itu sendiri (soft competence). Oleh karena itu menjadi
tantangan pendidikan kejuruan untuk mampu
mengintegrasikan kedua macam komponen kompetensi tersebut secara terpadu dalam menyiapkan peserta didik untuk memiliki kemampuan
bekerja dan berkembang
di masa depan.
Salah satu
upaya untuk mengantisipasi perubahan dan perkembangan global tersebut adalah dengan mengembangkan kurikulum pendidikan
khususnya pada pendidikan
kejuruan yang mampu memberikan keterampilan dan keahlian untuk dapat bertahan hidup dan berkompetisi dalam perubahan, pertentangan,
ketidakmenentuan, ketidakpastian,
dan kesulitan dalam kehidupan. Salah satu langkah strategis untuk mengantisipasi permasalahan tersebut adalah dengan diterapkannya
Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK).
Lebih
lanjut menurut Djemari Mardapi (2003), ada dua pertimbangan perlunya menerapkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), pertama
persaingan yang terjadi di era global
terletak pada kemampuan SDM hasil lembaga pendidikan, dan kedua standar kompetensi yang jelas akan memudahkan lembaga pendidikan dalam
mengembangkan sistem
penilaiannya. Berdasarkan dua pertimbangan tersebut, sesungguhnya penerapan KBK bukan semata-mata sebagai upaya perbaikan terhadap kurikulum
sebelumnya, akan tetapi
lebih disebabkan oleh situasi dan kebutuhan masyarakat yang menuntut tersedianya SDM yang unggul dan kompeten.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan
kurikulum?
2.
Apa yang dimaksud dengan
kompetensi?
3.
Apa yang melatarbelakangi
Kurikulum Berbasis Kompetensi?
4.
Apa yang dimaksud dengan
Kurikulum Berbasis Kompetensi?
5.
Apa saja karakteristik dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi?
6.
Apa sajakah yang menjadi
prinsip Kurikulum Berbasis Kompetensi?
7.
Apa sajakah komponen utama
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi?
8.
Bagaimanakah pelaksanaan
Kurikulum Berbasis Kompetensi?
9.
Bagaimanakah evaluasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi?
10. Apa saja keunggulan dan kelemahan Kurikulum Berbasis Kompetensi?
C.
TUJUAN PENULISAN
1.
Mengetahui pengertian dari
kurikulum.
2.
Mengetahui pengertian dari
kompetensi.
3.
Mengetahui latar belakang
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi.
4.
Mengetahui pengertian
Kurikulum Berbasis Kompetensi.
5.
Mengetahui karakteristik
Kurikulum Berbasis Kompetensi.
6.
Mengetahui prinsip Kurikulum
Berbasis Kompetensi.
7.
Mengetahui komponen utama
Kurikulum Berbasis Kompetensi.
8.
Mengetahui pelaksanaan dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi.
9.
Mengetahui evaluasi dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi.
10. Mengetahui keunggulan dan kelemahan KBK.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN KURIKULUM
Untuk
memahami tentang makna dari kurikulum, berikut ini akan disampaikan pengertian dari kurikulum berdasarkan pendapat dari berbagai ahli. Menurut
Hilda Taba (1962), mengemukakan bahwa
kurikulum adalah: “A
curriculum usually contains a statement of aims and of specific objectives; it
indicates some
selection and organization of content; it either implies or manifests certain
patterns of learning
and teaching, whether because the objectives demand them or because the content organization requires them. Finally, it includes a program
of evaluation of the outcomes”. Pengertian kurikulum menurut Hilda Taba tersebut menekankan
pada tujuan suatu
statemen, tujuan-tujuan khusus, memilih dan mengorganisir suatu isi, implikasi dalam pola pembelajaran dan adanya evaluasi.
Sementara
Unruh dan Unruh (1984) mengemukakan bahwa “curriculum is defined as a plan for achieving intended learning outcomes: a plan
concerned with purposes, with what is to
be learned, and with the result of instruction”. Ini berarti bahwa kurikulum merupakan
suatu rencana untuk mencapai keberhasilan pembelajaran yang di dalamnya mencakup rencana yang berhubungan dengan tujuan, dengan apa yang
harus dipelajari, dan dengan
hasil dari pembelajaran.
Lebih
lanjut Olivia (1997), menyatakan bahwa: “ we may think of the curriculum as a program, a plan, content, and learning experiences, whereas
we may characterize instruction
as methods, the teaching act, implementation, and presentation”. Olivia termasuk
orang yang setuju dengan pemisahan antara kurikulum dengan pengajaran dan merumuskan kurikulum sebagai a plan or program for all the
experiences that the learner encounters
under the direction of the school. Pendapat yang sedikit berbeda tentang kurikulum dikemukakan oleh Marsh (1997), yang mengemukakan bahwa
kurikulum
merupakan suatu hubungan antara perencanaan-perencanaan dengan
pengalamanpengalaman yang harus
dialami oleh seorang siswa di bawah bimbingan sekolah. Senada dengan Marsh, Schubert (1986) mengatakan the interpretation
that teachers give to subject
matter and the classroom atmosphere constitutes the curriculum that students actually experience.
Pengertian
di atas menggambarkan definisi kurikulum dalam arti teknis pendidikan. Pengertian tersebut diperlukan ketika proses
pengembangan kurikulum sudah menetapkan apa yang ingin dikembangkan, model apa
yang seharusnya digunakan dan bagaimana
suatu dokumen harus dikembangkan. Kebanyakan dari pengertian itu berorientasi pada kurikulum sebagai upaya untuk mengembangkan diri
peserta didik, pengembangan
disiplin ilmu, atau kurikulum untuk mempersiapkan peserta didik untuk suatu pekerjaan tertentu.
Selanjutnya
Dool (1993) memperkuat pendapatnya tentang kurikulum yang ada sekarang dengan mengatakan: ”Education and curriculum have
borrowed some concepts from the
stable, nonechange concept – for example, children following the pattern of
their
parents, IQ as discovering and quantifying an innate potentiality.
However, for the most part
modernist curriculum thought have adopted the closed version, one where –
trough
focusing – knowledge is transmitted, transferred. This is, I
believe, what our best contemporary
schooling is all about. Transmission frames our teaching-learning process”. Dengan transfer dan
transmisi maka kurikulum menjadi suatu fokus pendidikan yang ingin mengembangkan pada diri peserta didik apa yang sudah
terjadi dan berkembang
di masyarakat. Kurikulum tidak menempatkan peserta didik sebagai subjek yang mempersiapkan dirinya bagi kehidupan masa datang tetapi harus
mengikuti berbagai hal yang
dianggap berguna berdasarkan apa yang dialami oleh orang tua mereka.Dalam
konteks ini maka disiplin ilmu memiliki posisi sentral yang menonjol dalam kurikulum. Kurikulum, dan pendidikan, haruslah mentransfer
berbagai disiplin ilmu sehingga
peserta didik menjadi warga masyarakat yang dihormati.
Lebih
lanjut menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada
pasal 1 ayat (19), menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3)
disebutkan bahwa kurikulum
disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
- peningkatan iman dan takwa;
- peningkatan akhlak mulia;
- peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
- keragaman potensi daerah dan lingkungan;
- tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
- tuntutan dunia kerja;
- perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
- agama;
- dinamika perkembangan global; dan
- persatuan
nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Dari berbagai pengertian tentang
kurikulum di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kurikulum harus
memuat berbagai aspek pengembangan
kepribadian peserta didik yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan
masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi
dan tantangan kehidupan global.
B.
PENGERTIAN KOMPETENSI
Finch dan Crunkilton (1999:220), mendefinisikan kompetensi sebagai
penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan
apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Pernyataan tersebut
dapat ditulis sebagai: “… competencies for vocational and technical
education are those tasks, skills, attitudes, values, and appreciations that
are deemed critical to successful employment”. Menurut definisi ini
kompetensi memiliki agregat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat
mendukung keberhasilan dalam melakukan pekerjaan, dan untuk mencapai kompetensi
lulusan diperlukan kurikulum.
Robert A. Roe (2001), menyatakan bahwa kompetensi adalah: Competence is defined
as the ability to adequately perform a task, duty or role. Competence
integrates knowledge, skills, personal values and attitudes. Competence builds
on knowledge and skills and is acquired through work experience and learning by
doing. Dari definisi tersebut kompetensi dapat digambarkan sebagai
kemampuan untuk melaksanakan satu peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan
pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan
kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada
pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan.
Menurut Garcia-Barbero (1998:167), menyebutkan bahwa kompetensi adalah kombinasi
dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
profesional. Sedangkan Dobson (2003:8)
memberikan defenisi kompetensi, yaitu: A competency is defined in terms of
what a person is required to do (performance), under what conditions it is to
be done (conditions) and how well it is to be done (standards). Pengertian
dari pernyataan di atas menyatakan bahwa kompetensi didefinisikan bahwa seseorang
diharuskan untuk melakukan suatu pekerjaan (kinerja), dimana hal tersebut harus
dilakukan sesuai dengan kondisi
yang telah ditentukan dan apa yang dikerjakan
tersebut memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan (standar).
Berdasarkan SK Mendiknas nomor 045/U/2002, menyatakan bahwa kompetensi adalah
seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.
C. LATAR BELAKANG
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
Terdapat beberapa isu yang mendasari penerapan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), diantaranya adalah:
1. Masalah Mutu
Pendidikan rendah: Indonesia berada diperingkat 109 sedangkan Malaysia
berada di peringkat 61 dari seluruh jumlah negara-negara di dunia ini, dan
berada di peringkat 112 menurut HDI 2003. Hal ini disebabkan oleh:
a. Pendidikan
diselenggarakan untuk kepentingan penyelenggara bukan untuk peserta didik.
Pembelajaran diselenggarakan bersifat pemindahaan isi (content transmission).
Tugas pengajar hanya sebagai penyampai pokok bahasa. Mutu pengajaran tidak
jelas karena diukur hanya daya serap sesaat yang diungkap lewat proses
penilaian hasil belajar yang artifisial. Pengajaran tidak diarahkan kepada
partisipatori total dari peserta didik yang pada akhirnya dapat melekat
sepenuhnya dalam diri peserta didik.
b. Aspek
afektif cenderung terabaikan.
c. Diskriminasi
penguasaan wawasan terjadi akibat anggapan bahwa yang di pusat mengetahui
segalanya dibandingkan dengan yang dicabang, yang dicabang merasa lebih tahu
dibandingkan dengan yang di ranting, begitu seterusnya. Jadi, diskriminasi
sistematis terjadi akibat pola pembelajaraan yang subyek-obyek.
d. Pengajar
selalu mereduksi teks yang ada dengan harapan tidak salah melangkah. Teks atau
buku acuan dianggap segalanya jika telah menyampaikan isi buku acuan maka
dianggap sudah berhasil.
2. Masalah
Keanekaragaman Kondisi Peserta Didik: Hal ini dapat dilihat dari kenyataan
bahwa :
a. Setiap
peserta didik adalah unik, Peserta didik mempunyai kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan akan
membunuh keunikan tersebut.
b. Usia anak
merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia, namun dunia pendidikan
sering tidak memberi kesempatan bagi kreatifitas.
3. Tantangan Globalisasi.
Pada konteks dunia globalisasi, kemajuan informasi, komunikasi dan
teknologi menyebabkan terjadinya fenomena perkembangan ekonomi berbasis
pengetahuan. Pasar bebas, kemampuan bersaing, penguasaan pengetahuan dan
teknologi, menjadi makin penting untuk kemajuan suatu bangsa.
4. Tantangan Sumber
Daya Alam. Sumber daya alam yang semakin terbatas tidak dapat menjadi
tumpuan modal, karena sumber kesejahteraan suatu bangsa telah bergeser dari
modal fisik ke modal intelektual, pengetahuan, sosial, dan kredibilitas.
5. Otonomi
Daerah. UU No. 22 tahun 1999 dan pp No. 25 tahun 2000
berimplikasi terhadap kebijaksanaan pengelolaan pendidikan dari yang bersifat
sentralistik ke desentralistik. Perubahan pengelolaan tersebut merupakan upaya
pemberdayaan daerah dan sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan,
terarah dan menyeluruh. Wujud dari pelaksanaan desentralisasi pendidikan dalam
bidang kurikulum yaitu pembuatan silabus yang dibuat oleh daerah dan sekolah.
D. PENGERTIAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
Kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan
pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik
berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Dengan demikian
penerapan kurikulum dapat menumbuhkan tanggung jawab, dan partisipasi peserta
didik untuk belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum, serta memberanikan
diri berperan dalam berbagai kegiatan di sekolah maupun masyarakat (Mulyasa,
2002 : 39).
KBK diarahkan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat
peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan,
dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. KBK memfokuskan pemerolehan
kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu kurikulum
ini mencakup sejumlah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang
dinyatakan sedemikian rupa. Sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk
perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan.
Kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) menuntut guru yang berkualitas dan profesional untuk melakukan
kerjasama dalam rangkaian meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam hubungannya
dengan pembelajaran memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Kay
(1977) dalam Mulyasa, mengemukakan bahwa “pendidikan berbasis kompetensi selalu
dilandasi oleh rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa” dan
“bagaimana” jadi perbuatan tersebut dilakukan” (Mulyasa, 2002 : 23).
Dari pendapat tersebut
dapat dipahami bahwa kurikulum berbasis kompetensi berorientasi pada
kreativitas individu untuk melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran dan efek
(dampak) yang diharapkan yang muncul dari peserta didik melalui serangkaian
pengalaman belajar yang bermakna, dan keberagaman yang dapat dimanifestasikan
sesuai dengan kebutuhannya. Rumusan kompeten dalam kurikulum berbasis
kompetensi ini merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui,
disikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan Madrasah,
sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan
berkelanjutan untuk menjadi kompeten. KBK merupakan suatu konsep kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas oleh
peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat pengetahuan, kemampuan,
sikap dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk
kemahiran dengan penuh tanggung jawab.
Hall (1986) dalam
Mulyasa menyatakan bahwa “setiap peserta didik dapat mencapai tujuan
pembelajaran secara optimal, jika diberikan waktu yang cukup” (Mulyasa, 2002 :
41). Pendapat tersebut menunjukkan bahwa perhatian harus dicurahkan kepada
waktu yang diperlukan untuk kegiatan belajar. Perbedaan antara peserta didik
yang pandai dengan yang kurang (bodoh) hanya terletak pada masalah waktu,
peserta didik yang bodoh memerlukan waktu yang cukup lama untuk mempelajari
sesuatu atau memecahkan suatu masalah, sementara yang pandai bisa cepat
melakukannya. Kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk berkreasi dan
berimajinasi jika diberikan kesempatan dan peran aktif guru terhadap siswa yang
secara tidak langsung akan memberikan dampak terhadap penguasaan apa yang telah
diajarkan guru.
Kurikulum berbasis
kompetensi menuntut guru yang berkualitas dan profesional untuk melakukan
kerjasama dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Meskipun demikian,
konsep ini tentu saja tidak dapat digunakan sebagai resep untuk memecahkan
semua masalah pendidikan, namun dapat memberi sumbangan yang cukup signifikan,
terhadap perbaikan pendidikan (Mulyasa, 2002 : 40).
E. KARAKTERISTIK KURIKULUM BERBASIS
KOMPETENSI
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
memiliki sejumlah kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, penilaian
dilakukan berdasarkan standar khusus oleh peserta didik, sebagai hasil
demonstrasi kompetensi yang ditunjukkan oleh peserta didik, pembelajaran lebih
menekankan pada kegiatan individual personal untuk menguasai kompetensi yang
dipersyaratkan.
Depdiknas
(2002) mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun
klasikal.
b. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagamaan.
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lain yang memenuhi
unsur edukatif.
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
Selanjutnya Mulyasa menjelaskan
bahwa sedikitnya dapat diidentifikasi enam karakteristik kurikulum berbasis
kompetensi, yaitu:
1.
Sistem
belajar dengan modul.
Modul adalah suatu proses pembelajaran
mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis,
oprasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan
pedoman penggunaannya untuk para guru. Modul ini bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran disekolah, baik waktu, dana, fasilitas,
maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.
Modul pada umumnya terdiri dari
beberapa komponen sebagai berikut:
a. Lembar
kegiatan peserta didik
b. Lembar kerja
c. Kunci lembar
kerja
d. Lembar soal
e. Lembar
jawaban
f.
Kunci
jawaban
Pembelajaran dengan sistim modul ini mempunyai
beberapa keunggulan, diantaranya:
a. Berfokus
pada kemampuan individual peserta didik
b. Adanya
kontreol terhadap hasil belajar melalui peggunaan standar kompetensi dalam
setiap modu; yang harus dicapai oleh setiap peserta didik.
c. Relevansi
kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara pencapaiannya, sehingga
peserta didik dapat mengetahui keterkaitan antara pembelajaran dan hasil yang
akan diperolehnya.
2. Menggunakan
keseluruhan sumber belajar
Dalam KBK seorang guru tidak lagi
menjadi aktor utama dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran dapat
dilakukan dengan mendayagunakan aneka ragam sumber belajar. Sumber belajar
dapat mencakup manusia, bahan atau pesan pembelajaran, lingkungan, alat dan
peralatan, serta aktivitas.
3. Pengalaman
lapangan
Pengalaman lapangan untuk lebih
mengakrabkan hubungan antara guru dan peserta didik lebih ditekankan dalam KBK ini.
Keterlibatan guru dalam pembelajaran disekolah memudahkan mereka untuk
mengikuti perkembangan yang terjadi selama peserta didik mengikuti
pembelajaran.
4. Strategi
belajar individual personal
Belajar individual adalah belajar
berdasarkan tempo belajar peserta didik, sedangkan belajar personal adalah
interaksi edukatif berdasarkan keunikan peserta didik; bakat, minat, dan
kemampuan (personalisasi).
5. Kemudahan
belajar
Kombinasi antara pembelajaran
individual personal dengan pengalaman lapangan, dan pembelajaran secara tim
akan memberikan kemudahan belajar dalam kurikulum berbasis kompetensi.
6. Belajar
tuntas
Belajar tuntas merupakan strategi
pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas, dengan asumsi bahwa dimana
kondisi yang tepat semua peserta akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh
hasil belajara secara maksimal tergadap seluruh bahan yang dipelajari.
Pembelajaran dalam hal ini harus dilaksanakan secara sistematis dan
terorganisir agar semua peserta didik dapat memperoleh hasil secara
maksimal.
F. PRINSIP KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
Sesuai dengan prinsip
diversifikasi dan desentralisasi pendidikan maka pengembangan kurikulum ini
digunakan prinsip dasar “kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam
pelaksanaan” prinsip kesatuan dalam kebijakan yaitu dalam mencapai tujuan
pendidikan perlu ditetapkan standar kompetensi yang harus dicapai secara
nasional, pada setiap jenjang pendidikan. Sedangkan prinsip keberagaman dalam
pelaksanaan yaitu dalam menyelenggarakan pendidikan yang meliputi perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran penilaian dan pengelolaannya
mengakomodasikan perbedaan yang berkaitan dengan kesiapan dan potensi akademik,
minat lingkungan, budaya, dan sumber daya sekolah sesuai dengan karakteristik
satuan pendidikan masing-masing. “Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses
yang kompleks, dan melibatkan berbagai faktor yang saling terkait” (Mulyasa,
2002 : 61).
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi menfokuskan pada kompetensi
tertentu berupa pedoman pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang
dipelajarinya. Penerapan kurikulum berbasis kompetensi memungkinkan para guru
menilai hasil belajar yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa
yang dipelajarinya.
Secara rinci pengembangan KBK mempertimbangkan hal-hal berikut :
·
Keimanan, nilai-nilai dan budi pekerti luhur yang perlu digali, dipahami
dan diamalkan siswa.
·
Penguatan integritas nasional yang dicapai melalui pendidikan
·
Keseimbangan berbagai bentuk pengalaman belajar siswa yang meliputi etika,
logika, estetika dan kinestetika
·
Penyediaan tempat yang memberdayakan semua siswa untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap sangat diutamakan seluruh siswa dari
berbagai kelompok
·
Kemampuan berfikir dan belajar dengan mengakses, memilih, dan menilai
pengetahuan untuk mengatasi situasi yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian
merupakan kompetensi penting dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
·
Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komperehensif
(Sujatmiko, 2003 : 7).
Sedangkan prinsip dasar
kegiatan belajar mengajar yang dikembangkan dalam KBK adalah mengembangkan
kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif, bersikap dan bertanggung jawab pada
kebiasaan dan perilaku sehari-hari melalui pembelajaran secara aktif yaitu :
1. Berpusat pada siswa
2. Mengembangkan keingintahuan dan imajinasi
3. Memiliki semangat mandiri kerjasama dan berkompetensi perlu dilatih untuk
terbiasa bekerja mandiri, kerjasama dan berkompetensi
4. Menciptakan kondisi yang menyenangkan
5. Mengembangkan kemampuan dan pengalaman
belajar
6. Karakteristik mata pelajaran
(Depdiknas,2003:10)
G. KOMPONEN UTAMA KURIKULUM BERBASIS
KOMPETENSI
` Kurikulum
berbasis kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki empat komponen dasar
yaitu: 1) Kurikulum dan Hasil Belajar, 2) Penilaian Berbasis Kelas, 3) Kegiatan
Belajar Mengajar, dan 4) Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah. Keempat
komponen dasar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
a. Kurikulum Hasil Belajar (KHB).
Memuat perencanaan
pengembangan peserta didik yang perlu dicapai secara keseluruhan. Kurikulum dan hasil belajar ini memuat
kompetensi, hasil belajar, dan indikator keberhasilan. KHB memberikan suatu
rentang kompetensi dan hasil belajar siswa yang bermanfaat bagi guru untuk
menentukan apa yang harus dipelajari oleh siswa, bagaimana seharusnya mereka
dievaluasi, dan bagaimana pembelajaran disusun.
b. Penilaian Berbasis Kelas (PBK).
Memuat prinsip, sasaran, dan
pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai
akuntabilitas publik melalui penilaian terpadu dengan kegiatan belajar mengajar
di kelas (berbasis kelas) dengan mengumpulkan kerja siswa (fortofolio), hasil
karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis.
Penilaian ini mengidentifikasi kompetensi/hasil belajar yang telah dicapai, dan
memuat pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai serta
peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.
c. Kegiatan Belajar Mengajar
Memuat gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran dan pengajaran untuk
mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan-gagasan pedagogis dan
andragogis yang mengelola pembelajaran agar tidak mekanistik.
d. Pengelolaan Kurikulum Berbasis sekolah
Memuat berbagai
pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain untuk meningkatkan
mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi dengan gagasan pembentukan jaringan
kurikulum, pengembangan perangkat kurikulum (antara lain silabus), pembinaan
profesional tenaga kependidikan, dan pengembangan sistem informasi kurikulum.
H.
PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
Pelaksanaan atau implementasi KBK adalah sebagai proses penerapan ide,
konsep, dan kebijakan kurikulum dalam suatu aktivitas pembelajaran, sehingga
peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan.
Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) telah berjalan sejak tahun 2001 pada beberapa sekolah
yang dijadikan mini pilot. Impelementasi KBK
merupakan salah satu bagian penting untuk mendapatkan masukan dalam rangka
penyempurnan KBK baik dari aspek keterbacaan, keluasan, kedalaman, dan
keterlaksanaannya di lapangan.
Implementasi
yang telah dilakukan tersebut meliputi beberapa prinsip yaitu Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM); Penilaian Berbasis kelas; dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis
Sekolah.
1)
Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian berbasis
kelas merupakan suatu kegiatan pengumpulan informasi tentang proses dan hasil
belajar siswa yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan sehingga penilaian
tersebut akan “mengukur apa yang hendak diukur” dari siswa.
2)
Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) merupakan proses aktif bagi siswa dan guru urituk mengembangkan
potensi siswa sehingga mereka akan “tahu” terhadap pengetahuan dan pada
akhirnya “mampu” untuk melakukan sesuatu.
3)
Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah
Prinsip ini perlu
diimplementasi untuk memberdayakan daerah dan sekolah dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengelola serta menilai pembelajaran sesuai dengan kondisi
dan aspirasi mereka.
Mulyana (2006) menjelaskan
bahwa Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dalam garis besarnya
mencakup kegiatan pokok, yaitu:
1.
Pengembangan
program
2.
Pelaksanaan
pembelajaran
3.
Evaluasi KBK
I. EVALUASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
1. Tujuan
Evaluasi
Evaluasi adalah proses sistematis
untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja,
proses, orang, obyek, dll) berdasarkan krtiteria tertentu melalui penilaian
(Dimyati, 2006 : 191).
Evaluasi pelaksanaan kurikulum
bertujuan untuk mengukur seberapa jauh penerapan kurikulum berstandar Nasional
dipakai sebagai pedoman pengembangan dan pelaksanaan kurikulum di daerah/sekolah,
sehingga pelaksanaan kurikulum dapat dimengerti, dipahami, diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari dan dianalisa oleh peserta didik. Evaluasi dilakukan pada
setiap tahapan pelaksanaan pengembangan kurikulum sebagai upaya untuk mengkaji
ulang pelaksanaan kurikulum pada setiap jenjang pendidikan.
Evaluasi untuk program pelaksanaan
pengembangan kurikulum di daerah memerlukan indikator keberhasilan sebagai
tolak ukur pencapaian pelaksanaan kurikulum. Indikator keberhasilan kurikulum
mencakup :
>
Indikator keberhasilan sosialisasi
kurikulum
>
Indikator
keberhasilan penyusunan silabus
>
Indikator
keberhasilan penyusunan program tahunan dan semester
>
Indikator
keberhasilan penyusunan rencana pembelajaran
>
Indikator
keberhasilan penyusunan bahan ajar
>
Indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan
belajar-mengajar
2. Tahapan
Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan Kurikulum
Berbasis Kompetensi dilakukan oleh Tim ahli dari tingkat pusat, propinsi, dan
daerah/kabupaten. Evaluasi ini dilakukan pada setiap tahap pelaksanaan untuk
memperbaiki program pengembangan kurikulum terhadap keberhasilan sosialisasi
kurikulum berstandar nasional, keberhasilan penyusunan silabus. keberhasilan
penyusunan program tahunan dan semester, keberhasilan penyusunan rencana
pengajaran dan bahan ajar, serta keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar.
Evaluasi menggunakan indikator
keberhasilan pelaksanaan pengembangan kurikulum di daerah/sekolah dan selain
itu evaluasi juga dapat dilakukan melalui pentahapan, mulai dari tahun pertama
hingga tahun terakhir pelaksanaan kurikulum berstandar nasional. Prinsip
penilaian pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan daerah masing-masing
adalah penilaian terhadap relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, kepraktisan,
dan efektivitasnya.
Evaluasi pelaksanaan kurikulum tidak
hanya mengevaluasi hasil belajar peserta didik dan proses pembelajarannya,
tetapi juga rancangan dan pelaksanaan kurikulum, kemampuan dan kemajuan siswa,
sarana dan prasarana, serta sumber belajarnya. Hasil evaluasi pelaksanaan
kurikulum dapat digunakan oleh pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan
pendidikan pada tingkat pusat, daerah dan sekolah untuk memperbaiki kekurangan
yang ada dan meningkatkan hasil yang lebih optimal. Hasil tersebut dapat juga
digunakan oleh kepala sekolah, guru, dan pelaksanaan pendidikan di daerah dalam
memahami dan membantu meningkatkan kemampuan siswa, memilih bahan pelajaran,
memilih metode, dan perangkat.
J.
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN KBK
Keunggulan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai berikut:
a. Mengembangkan
kompetensi-kompetensi peserta didk pada setiap aspek mata pelajaran dan bukan
pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu sendiri.
b. KBK bersifat
alamiah (konstekstual), karena berangkat berfokus dan bermuara pada hakekat
peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya
masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar dan proses
belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami
berdasarkan standar kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer
of knowledge).
c. Kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan
lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan,
kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta aspek-aspek
kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi
tertentu.
d. Mengembangakan
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik /siswa (student oriented).
Peserta didik dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan
memanfaatkan indra seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh serta pikiran
terlibat dalam proses belajar. Dengan demikian, peserta dapat belajar dengan
bergerak dan berbuat, belajar dengan berbicara dan mendengar, belajar dengan
mengamati dan menggambarkan, serta belajar dengan memecahkan masalah dan
berpikir. Pengalaman-pengalaman itu dapat diperoleh melalui kegiatan mengindra,
mengingat, berpikir, merasa, berimajinasi, menyimpulkan, dan menguraikan sesuatu.
Kegiatan tersebut dijabarkan melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca,
dan menulis.
e. Guru
diberikan kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi di sekolah/daerah masing-masing sesuai mata pelajaran yang diajarkan.
f. Bentuk
pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata pelajaran
memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran.
g. Penilaian
yang menekankan pada proses memungkinkan peserta didik untuk mengeksplorasi
kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan penilaian yang terfokus pada
konten.
h. Ada
bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya
lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan
ketrampilan.
Kelemahan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai berikut:
a. Dalam
kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal indikator
sebaiknya disusun oleh guru, karena guru yang paling mengetahui tentang kondisi
peserta didik dan lingkungan.
b. Konsep KBK
sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar kompetensi dan
kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk merancang pembelajaran secara
berkelanjutan.
c. Paradigma
guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya yang
lebih pada teacher oriented.
d. Memandang
kompetensi sebagai sebuah entitas yang bersifat tunggal, padahal
kompetensi merupakan ” a complex combination of knowledge,attitudes,
skills and values displayed in the context of task performance “. (
Gonczi,1997), sistem pengukuran perilaku yang menggunakan paradigma
behaviorisme ditengarai tidak mampu mengukur sesuatu perilaku yang dihasilkan
dari pembelajaran bermakna (significant learning) (Barrie dan
Pace,1997), dan kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan KBK adalah
waktu,biaya dan tenaga yang banyak.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan materi pada bab sebelumya,
maka dapat disimpulkan:
- Kurikulum adalah pada dasarnya harus memuat berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global.
- Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.
- Latar belakang adanya KBK yaitu masalah mutu pendidikan rendah, masalah keanekaragaman kondisi peserta didik, tantangan globalisasi, tantangan sumber daya alam, dan otonomi daerah.
- Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
- Karakteristik KBK antara lain mencakup Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagamaan, Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lain yang memenuhi unsur edukatif , Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
- Prinsip KBK yaitu kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan, yang menjadi prinsip dasar yakni mengembangkan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif, bersikap dan bertanggung jawab pada kebiasaan dan perilaku sehari-hari.
- Komponen utama Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah kurikulum hasil belajar, penilaian berbasis kelas, kegiatan belajar mengajar, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah.
- Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi yaitu sebagai proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan kurikulum dalam suatu aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
- Evaluasi kurikulum diadakan dengan tujuan untuk mengukur seberapa jauh tingkat keberhasilan dan penerapan kurikulum berstandar nasional yang dipakai sebagai pedoman pengembangan dan pelaksanaan kurikulum di daerah/sekolah, nantinya akan dijadikan acuan untuk perkembangan kurikulum selanjutnya.
- Keunggulan KBK:
Keunggulan dari KBK adalah mengembangkan
kompetensi-kompetensi peserta didk pada setiap aspek mata pelajaran dan bukan
pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu sendiri, bersifat alamiah
(konstekstual),boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain, mengembangakan
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik /siswa (student oriented),
guru diberikan kewenangan untuk menyusun silabus, bentuk laporan hasil belajar
memudahkan evaluasi dan perbaikan siswa, memungkinkan peserta didik untuk
mengeksplorasi kemampuannya secara optimal, dan ada bidang-bidang studi atau
mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan
pendekatan kompetensi.
Kelemahan
KBK:
Kelemahan KBK yaitu dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah
disusun, konsep KBK sering mengalami perubahan, paradigma guru dalam
pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya yang lebih pada teacher
oriented, memandang kompetensi sebagai sebuah entitas yang
bersifat tunggal.
B. SARAN
Penulis berharap agar penyajian makalah ini dapat
diperhatikan dengan saksama, karena melalui makalah yang dipaparkan ini,
penulis menjelaskan beberapa poin penting dari Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu diharapkan agar pembaca kiranya dapat juga membaca materi yang
berkaitan, pada referensi lainnya agar dapat lebih memahami lagi mengenai
Kurikulum Berbasis Kompetensi.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa,E .2003. Kurikulum Berbasis
Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Depdiknas (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Depdiknas.
Wina, SanjayA. 2005. Pembelajaran
Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Edisi Pertama, Cetakan ke I. Jakarta: Prenada Media.
Anonim. 2009. Kurikulum Berbasis
Kompetensi.
http://didikz888.wordpress.com/2009/11/13/kurikulum-berbasis-kompetensi-kbk. ( Diakses
tanggal 17 Maret 2016)
Anonim. 2012. Kurikulum Berbasis Kompetensi.
http://warungbelajarbebas.blogspot.co.id/2012/05/kurikulum-berbasis-kompetensi.html ( Diakses
tanggal 17 Maret 2016)
TERIMAKASIH INFONYA IZIN COPY YA..
BalasHapusKadangPintar: Get Free Shipping and Money
BalasHapusKadangPintar is the 온카지노 best online casino for Indian players! 바카라사이트 Play and win at KadangPintar online septcasino casino. Enjoy the best casino games and tournaments
izin copas
BalasHapus